Gak ada kata 'belum siap' untuk berjilbab!
Assalamualaikum
Entri keempat, gue isi entri keempat ini bersamaan dengan rintikan hujan yang terus mengguyur kota Depok sedari pagi.
Siang ini gue dapet kiriman dari seseorang melalui pesan singkat. Sebuah ilustrasi yang singkat pula, namun sedikit banyak menggugah hati gue. Gue berjilbab sejak gue kelas 2 SMA, dan gue bersyukur karena sudah berusaha untuk memperbaiki diri walaupun kadang penyelasan itu datang. Bukan. Bukan penyesalan 'kenapa gue berjilbab' tapi 'kenapa baru sekarang gue sadar dan menutup aurat?'
Ini kisah seorang anak dan ayahnya
Seorang gadis baru saja membeli sebuah gadget keluaran terbaru, untuk melengkapi gadget barunya Ia membeli anti gores untuk layar dan sebuah cover cantik. Gadis itupun dengan bangga memperlihatkan gadget barunya kepada sang ayah, kemudian terjadi percakapan seperti dibawah ini :
Ayah : "Wah gadgetmu bagus sekali nak, berapa harganya?"
Anak : "Harganya 7 juta yah, 200 ribu untuk covernya dan 150 ribu untuk anti goresnya"
Ayah : "Kenapa kamu harus membeli cover dan anti goresnya? Padahal kamu bisa menghemat 300 ribu nak"
Anak : "Ayah! Aku sudah menghabiskan 7 juta untuk membelinya, bagaimana bisa aku membiarkan gadget ini sampai rusak? 300 ribu bukan apa-apa dibanding keamanan gadgetku ini. Lagipula covernya dapat membuat gadgetku semakin terlihat cantik"
Ayah : "Hmm berarti, bukankan produsen gadget itu teledor karena membuat gadget yang tidak cukup aman jika diberikan perlindungan tambahan?"
Anak : "Tidak Ayah! Produsen gadget ini sendiri yang merekomendasikan untuk membeli cover dan anti gores untuk perlindungan. Dan aku tentu tidak ingin gadgetku ini rusak!"
Ayah : "Apakah semua itu malah membuat kecantikan gadgetmu berkurang?"
Anak : "Tidak, malah gadgetku semakin terlihat cantik"
Sang ayah hanya menatap gadis kecil kesayangannya yang mulai bertumbuh besar dan sudah pintar melawan dan membentak ayahnya dengan senyum penuh sayang. Kemudian sang ayah berucap,
"Anakku, kamu tahu ayah amat sangat mencintaimu. Melebihi kecintaanmu terhadap gadget barumu. Kamu menghabiskan 7 juta uangmu untuk membeli gadget favoritmu dan 300 ribu perlindungan tambahannya. Sedang ayah sudah membayar dengan segenap hidup ayah untuk memilikimu, apalah artinya kalau kau tidak mengcover dirimu dengan hijab untuk perlindunganmu. Gadget ini tidak akan dipertanyakan di akhirat nanti, tapi anakku, kau dan ayah akan dipertanyakan tentang perlindunganmu..."
Paham kan apa maksud ilustrasi diatas?
Gue juga pernah baca kalimat ini "Banyak yang mengatakan, mereka ingin berhijab setelah menikah karena tidak ingin suaminya menanggung dosanya karena tidak menutup aurat. Tetapi sadarkah kamu nak, bahwa ayah yang menanggung dosa itu selama kamu belum menikah? Apakah kamu tidak ingin melindungi ayahmu? -Ayah-"
Guys, berjilbab adalah kewajiban bagi seluruh muslimah di muka bumi ini. Jika kalian beralasan karena belum siap berjilbab, lalu kapan kalian akan siap? Sesungguhnya berjilbab adalah kewajiban bukan menunggu kesiapan hati.
Jika kalian beralasan tidak ingin berjilbab karena panas dan gerah, Lebih mending mana, panas di dunia karena melakukan ketaatan atau panas di neraka karena durhaka?
Dan jika kalian terus menunda-nunda untuk berjilbab, mau pakai jilbab dari kain putih yang permanen? Jika bukan sekarang, kapan lagi? Coba direnungkan :)
Awal-awal mungkin gerah, tapi kalau udah terbiasa enak kok. Gue juga masih dalam proses belajar kok, dan gue pengen banget berjilbab syar'i. Amiiin.
Kenapa gue tiba-tiba jadi sok repot gini soal berjilbab? Entah, gue cuma pengen kita ketemu lagi di surga nanti. Insya Allah ini salah satu caranya :)
Wassalam
Twitter : @deweeh
Instagram : @dewiinner
Facebook : Dewi Kurniawati
Komentar
Posting Komentar